PERKENALAN DIRI ASNI Nama saya Hasniawati, tapi teman-teman biasa memanggil dengan nama ASni. Saya lahir di Bone tepatnya di sebuah desa yang bernama Desa Darampa. Desa itu merupakan desa tempat kelahiran Ayah saya sedangkan Ibu berasal dari Kabupaten Pangka Je’ne Kepulauan. Saya lahir pada 7 April 1994. Saya adalah anak kedua dari empat bersaudara kalau dari Ayah, sedangkan dari Ibu saya adalah anak keempat dari enam bersaudara. Saya seorang wanita disabilitas yang memiliki gangguan pada penglihatan yang disebabkan karna katarak, dan bermula sejak saya berusia sekitar 4 tahun silam. Sejak saat itu, saya melalui hari-hari dengan keterbatasan itu, tapi nanti setelah besar, saya baru mengerti kalau ternyata saya memiliki gangguan pada penglihatan. Semasa Usia semasa kecil hamper saya habiskan bersama sepupu dan teman-teman sebaya, dan seolah tak ada perbedaan antara diri saya dengan mereka. Hanya saja, kerap kali saya bertanya kepada Ibu atau ayah, mengapa saya tidak bisa pergi bersekolah seperti kedua adik dan sepupu-sepupu saya? Karna kakak saya juga mengalami gangguan penglihatan yang sama seperti saya. Dan pada waktu itu, kedua orang tua masih terus berusaha untuk mencarikan cara dan obat supaya saya dan kakak bisa kembali melihat dengan normal seperti kebanyakan orang yang di sekeliling kami. Sejak saya mengalami gangguan penglihatan itu, di situlah awal kehancuran rumah tangga kedua orang tua saya. Ayah yang dulu selalu menyayangi anak-anaknya, kini ia mulai berubah dan ibu pun selalu mendukung apapun yang dikatakan oleh ayah. Tapi saya yang waktu itu masih kecil hanya berusaha memahami keadaan tersebut dengan pemahaman yang masih sangat terbatas. Semenjak itu pula, berbagai bentuk sifat serta perlakuan yang tidak sama dengan kedua adik yang memiliki pnglihatan sempurna di mata kedua orang tua, mulai saya rasakan. Tapi sejak kecil, memang saya sudah berusaha untuk tetap tegar dan kuat menerima dan menghadapi apapun terjadi dalam kehidupan saya. Hingga akhirnya, kedua orang tua membawa saya ke sebuah sekolah luar biasa yang letaknya tak jauh dari rumah, dan sejak saat itu juga saya mulai belajar hidup jauh dari orang tua dan saudara. Kemudian di sekolah itu saya bertemu serta berkenalan dengan salah seorang teman yang kebetulan mengetahui sekolah yang lebih baik dari sekolah yang ada di daerah itu, saya pun diajaknya untuk pindah ke sekolah tersebut. Sekolah itu adalah YAPTI. Lalu, saya memberi tahu dan sekaligus meminta izin kepada kedua orang tua, untuk pindah ke sekolah tersebut. Setelah beliau memikirkan dan mempertimbangkan segalanya, akhirnya saya pun diizinkan untuk pindah. Dan pada saat itulah saya semakin jauh dari orang tua. Namun, semangat dan keinginan saya yang besar untuk belajar serta menuntut ilmu, tentu saja hal itu tidak menyurutkan semangat saya meskipun harus berjauhan dengan kedua orang tua. Sejak saat itulah saya menempuh pendidikan di sekolah, dasar, sekolah mengah pertama, dan sekolah menengah atas. Saat itu, saya merasa bahwa kini taka da lagi perbedaan meskipun saya seorang disabilitas, tapi saya berhak memperoleh kesempatan yang sama dengan mereka yang memiliki penglihatan sempurna seperti yang dikatakan oleh kebanyakan orang. Seiring berjalannya waktu, semangat saya dalam menuntut ilmu terus bertambah. Terlebih ketika saya mendaftar dan diterima pada salah satu sekolah SMA umum di kota Makassar. Sebut saja nama sekolahnya SMA Islam Datukribandang. Kata orang, kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda. Kalimat itulah yang membuatku bangkit kembali setelah perceraian kedua orang tua saya. Karna, sewaktu kedua orang tua saya bercerai, saya sempat putus sekolah beberapa bulan sebelum akhirnya saya kembali melanjutkan serta menamatkan pendidikan di bangku SMA. Hingga sampai saat ini, saya sudah berkuliah di salah satu Universitas yang cukup terkenal di Kota Makassar yaitu Universitas Muhammadiyah Makassar. Dan suatu kesyukuran juga bagi saya karna sejak kuliah saya mendapat beasiswa bidik misi. Sekian sekilas perkenalan diri dan cerita tentang alur kehidupan saya. Terimakasih.

Komentar